BALI,RELASIPUBLIK.COM-Masa Pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 nyaris melumpuhkan semua lini perekonomian dunia, termasuk ekonomi kepariwisataan di pulau Dewata, Bali. Untuk itu, Dewan Perwakilan Daerah RI melalului para senatornya mendukung kegiatan pemulihan pariwisata dan konservasi perairan laut di Provinsi Bali.
“Pariwisata Bali merupakan business backbone. Bukan hanya bagi masyarakat di daerah ini, tetapi juga bagi perekonomian Nasional yang sedang terpukul akibat pandemi Covid-19,” kata Wakil Ketua DPD RI, Dr.Mahyudin dalam keterangan tertulis yang diterima Sabtu (17/10/2020).
Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua DPD RI Dr.Mahyudin pada acara yang diinisiasi Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia (AKKII) di Serangan, Bali (15/10/2020). Dalam acara tersebut, Mahyudin didampingi Wakil Ketua Komite II DPD RI Hasan Basri dan Anggota Komite II DPD RI Andri Prayoga Putra Singkarru,senator asal Sulbar.
Pada 2013-2017 lalu, lanjut Mahyudin, Indonesia merupakan pengekspor karang hias terbesar di dunia. Namun setelah adanya larangan ekspor karang hias pada tahun 2018 , posisi tersebut telah diambil alih oleh Australia.
“Padahal karang hias alam kita selama ini memiliki nilai jual yang lebih tinggi karena eksotika warna dan bentuknya. Itulah yang membuat hasil ekspor karang hias alam dari Indonesia sangat disukai oleh pasar di luar negeri terutama Amerika Serikat sebagai pangsa pasar terbesar,” jelas senator asal Kalimantan Timur itu.
Ia menambahkan pada tahun 2019 yang lalu kuota karang hias alam yang direkomendasikan oleh LIPI dan ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) adalah 565.050 potong. Jumlah ini hanya 0,0001 persen dari populasi karang hias di Indonesia. Kuota karang hias alam yang diberikan ini turun setiap tahun dimana kuota awalnya adalah 824.550 potong di tahun 2008.
Pada dasarnya DPD RI mendukung pemanfaatan karang hias sebagai komoditi perdagangan, mengingat jumlah karang hias yang diperlukan kurang dari satu persen populasi karang hias di Indonesia.
“Ukuran karang hias yang diambil juga relatif kecil, namun kita harus bersama-sama berkomitmen agar cara pengambilannya dilakukan dengan hati-hati, memperhatikan aspek lingkungan dan tidak boleh memanfaatkan alat yang berpotensi merusak seperti alat keruk, bom, trawler pukat harimau,” ujar mantan Gubernur Kaltim itu.
Sehingga dengan demikian, Mahyudin berharap bahwa sektor usaha ini akan mampu menopang upaya recovery perekonomian nelayan, masyarakat di daerah, pelaku usaha pariwisata, dan perekonomian Nasional. Selain itu, ia juga mendukung program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dalam bentuk kegiatan BISA (Bersih, Indah, Sehat dan Aman) khususnya wisata bawah air.
“Semoga seluruh rangkaian kegiatan kita berlangsung dengan sukses, lancar, dan memberikan manfaat yang signifikan bagi semua pihak,” tutupnya berharap. ** (Red/DS).
Discussion about this post